Friday, July 10, 2009

Rapor Merah untuk SBY

Oleh sapri - 10 Juli 2009 - Dibaca 1163 Kali -

Jika anda sempat membaca 3 tulisan berseri lalu tentang Skenario 8 Juli, maka di bagian kedua juga terdapat analisis prediksi berdasarkan peta kekuatan wilayah dari masing-masing kubu capres/cawapres berdasarkan hasil perolehan koalisi partai pendukung dan perolehan partai PDIP, Demokrat dan Golkar pada wilayah provinsi dimana partai 3 besar ini memperoleh suara terbanyak pada pemilihan legislative (pileg). Dari simulasi terhadap dua faktor wilayah diperoleh hasil prediksi tentang besaran rentang peta kekuatan pemilihan presdien (pilpres) sebagai berikut:

1. Mega-Prabowo : 21.11% - 21.93%
2. SBY-Boediono : 50.45% - 61.09%
3. JK-Wiranto : 17.32% - 28.44%

Dalam tulisan ini juga dipetakan bahwa kekuatan Mega dan SBY akan bertambah dari modal pileg, sedangkan JK sebaliknya, menurun. Prediksi naik-turun yang dibuat minggu lalu itu tampaknya selaras dengan hasil perhitungan cepat (quick count) yang dilakukan oleh berbagai lembaga survey kemarin sore dan malam. LSI (Lembaga Survei Indonesia) merilis hasil quick bahwa SBY-Boediono 60.8%; Mega-Prabowo 26,6%; dan JK-Wiranto 12,6%. Mengevaluasi prediksi di atas maka tampak bahwa Mega dan SBY bertambah kekuatan dari peta pileg, sedang sebaliknya JK justru melemah dari pileg ke pilpres. Tulisan ini akan menggunakan istilah “Rapor Merah” sebagau sebutan atas trend penurunan kekuatan politik yang diperoleh dari pileg ke pilpres.

Jika menelisik lebih jauh peta kekuatan ini, maka sebenarnya masing-masing koalisi capres/cawapres mempunyai rapor merah, sebagaimana tam pak dalam tabel di bawah, tetapi tentu saja yang menjadi pemenang adalah kubu yang tersedikit angka merahnya, sedangkan yang buncit akan terbanyak mengoleksi angka merah.



Tabel diatas menunjukkan peroleh suara di masing-masing wilayah propinsi dengan menggunakan data quick count LSI dan KPU setlah disinkronisasikan dari 33 propinsi menjadi 23 wilayah saja sebagai zona perang pilpres. Rapor SBY mempunyai 4 (empat) angka merah dan 19 angka hitam, Rapor Mega memperoleh 9 angka merah, dan 14 angka hitam, serta JK memiliki 21 angka merah dan hanya 2 angka hitam. Jika diprosentasekan kekuatan wilayah pilpres ini, SBY mendominasi 61%, disusul Mega 23% dan JK 15%. Pada pileg yang lalu, kekuatan SBY meningkat dari 52%, dan Mega bertambah dari 22%, sedangkan JK menyusut dari 26%.

Dari 23 Wilayah, Mega hanya menang di Bali (51%), dan JK hampir menang di Seluruh propinsi Sulawesi, termasuk Sulsel (64). SBY unggul hampir seluruh propinsi dengan kemenangan tertinggi di Aceh (93%) dan terendah di Sulsel (32%).

Jika menyimak peta wilayah di atas dikaitkan dengan perolehan koalisi, maka dipastikan bahwa pertama, mesin partai-partai pendukung koalisi SBY bekerja dengan baik terutama pada propinsi-propinsi dimana PDIP dan Golkar memperoleh suara terbanyak pada pileg lalu, seperti Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Jawa Tengah untuk wilayah PDIP yang terebut sedangkan wilayah Golkar yang jatuh adalah Gorontalo, Kepri, Kaltim, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, Sumatera Selatan, Riau, dan Kalimantan Selatan.

Kedua, tidak banyak perubahan peta pileg dan peta pilpres jika wilayah dipetakan berdasarkan partai-partai pendukung koalisi. Jadi ini juga bisa menjadi bahan dalam menyusun gerbong koalisi dalam pemilu mendatang, karena juga terbukti bahwa mesin partai bekerja, bus tidak menelantarkan penumpangnya. Gonjang ganjing partai pendukung rupanya justru makin merekatkan organ-organ partai yang bersangkutan, olehnya itu jangan-jangan keretakan itu ternyata by design untuk menambah kerekatan? Wallahuwa’lam Bisshawab.

Salam Blogger Kompasiana, Sapri Pamulu

Tags: JK, koalisi, mega, Merah, rapor, sby, wilayah

Tulisan ini terarsip juga di Kompasiana, http://public.kompasiana.com/2009/07/10/rapor-merah-untuk-sby/

No comments:

Post a Comment