Jika tidak ada gempa politik hari ini maka Rabu besok, 8 Juli, Pilpres akan terselenggara dan tentu saja semua pihak akan segera penasaran siapa capres/cawapres yang bakal pemenang. Untuk mengatasi kepenasaran ini maka quick count akan menjadi sarana yang dapat dipercayai untuk menakar sang pemenang. Masalahnya, lembaga-lembaga survei akhir-akhir ini banyak dikritisi karena dianggap kurang kredible akibat survei-survei elektabilitas yang diadakan merupakan pesanan dari tim sukses atau terafiliasi dengan kubu capres/cawapres tertentu.
Quick count adalah perhitungan secara cepat hasil pemilihan umum dengan menggunakan TPS (Tempat Pemungutan Suara) sebagai sampel. Dengan quick count, hasil perhitungan suara bisa diketahui beberapa jam setelah perhitungan suara di TPS selesai. Kecepatan ini bisa dilakukan karena perhitungan ini tidak menghitung suara dari semua TPS, tetapi cukup dengan sampel TPS saja. Perhitungan ini diakui sebagai salah satu sumbangan penting ilmu statistik dalam praktek politik. Jika penarikan sampel dilakukan dengan benar, prosedur pencatatan dilakukan dengan tepat, meski hanya memakai sampel TPS, hasil quick count akan sama dengan hasil Pemilu. Jika quick count dilakukan secara salah, dengan metodologi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, quick count justru bisa menimbulkan ”masalah” baru. Hasil quick count bisa jadi akan menjadi kontroversi yang tidak berkesudahan siapa pemenang Pemilu, hal ini pernah terjadi dalam pilpres di Amrik tahun 2004 ketika George Bush mengalahkan John Kerry, dan bahkan terakhir disinyalir kekliruan yang sama juga malnda pilpres Iran belum lama ini sehingga terjadi perhitungan ulang untuk real count.
Jika menoleh ke belakang pada pemilihan legislatif lalu (pileg) pada bulan April lalu, hasil urutan “real count” oleh KPU tersebut ternyata sama dengan urutan yang diperoleh oleh sejumlah lembaga-lembaga survey seperti PT Lingkaran Studi Indonesia (PT.LSI), Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) dan Lembaga Survei Indonesia (LSI). Perbandingan hasil real count versi KPU dan quick count versi ketiga lembaga ini adalah sebagaimana disajikan pada tebl berikut
Jika menyimak tabel di atas secara seksama maka secara keseluruhan tampak LP3ES memiliki tingkat keakuratan yang lebih baik dari pada PT LSI dan LSI. Total jumlah peroleh kesembilan partai yang lolos ke Senayan itu 81.71% sebagaimana versi KPU dalam data 12 Mei 2009, sedangkan LP3ES hanya berselisih 0.51% saja, sedangkan PT LSI dan LSi mempunyai perbedaan yang lebih besar yakni masing masing 1.39% dan 1.38% point dengan KPU, meski LSI sendiri mempunyai toleransi kesalahn (margin error) +/- 0.9%. Tetapi dalam memprediksi perolehan untuk pemenang pileg LSI yang paling mendekati hitungan real count KPU.
Jadi jika besok ada berbagai sajian quick count, anda akan memilih menu yang mana: LP3ES atau LSI?
Salam Blogger Kompasiana, Sapri Pamulu
Catatan: Tulisan ini juga dapat dibaca di Blog Kompas KOMPASIANA
No comments:
Post a Comment