- Keluarga, Mantra Sihir Dari Cikeas
- Oleh Sapri Pamulu - 26 Juli 2009 - Dibaca 1047 Kali -
-
Dalam tulisan sebelumnya Sihir Dari Cikeas, Catatan Tempo tentang SBY (20 Juli), diulas faktor prilaku pemilih yang pragmatisme sebagai salah satu yang menentukan kemenangan incumbent, juga sebagaimana faktor pencitraan dari figur SBY, dalam tulisan Kenapa SBY Menang, Mega Merakyat Tapi Kok Meradang? (17 Juli). Kunci kemenangan SBY memang terletak pada pragmatisme pemilih akibat program-program populis, dan pencitraan yang jeli.
Catatan tersisa yang akan dikemukakan di sini adalah pengaruh kelompok sosial terhadap preferensi pilihan pasangan capres/cawapres. Dari exit poll yang diadakan LP3ES terdapat catatan yang menarik ini ketika pemilih ditanyakan tentang siapa yang paling mempengaruhi pilihan yang dicontreng? ternyata keluarga merupakan faktor yang sangat berpengaruh dengan porsi 74% dan disusul tokoh masyarakat 12%, dan sisanya merupakan kolega dalam tempat bekerja atau organisasi.
Jika mencermati faktor keluarga di atas, maka terdapat penguatan teori dalam membangun persepsi, dimana seseorang biasanya terpengaruh oleh beragam referensi. Pertama, dari lingkungan interaksi sosial hal ini dimulai dengan mencermati kelompok referensi terdekat dengan pemilih yang bersangkutan, yaitu di tingkat keluarga, masyarakat sekitar tempat tinggalnya dan seterusnya. Kedua di sisi lainnya referensi itu diperoleh dari pengaruh media terutama TV, baik dalam bentuk pemberitaan maupun dalam bentuk iklan-iklan kampanye. Bangunan persepsi inilah yang menentukan subyektifitas pemilih untuk menjatuhkan pilihannya.
Dari kedua sub-faktor di atas maka dapat disimpulkan bahwa sarana komunikasi kampanye pilpres yang jitu justru adalah keluarga, baik merupa modus maupun locus operandi. Dalam pemilihan waktu iklan di prime time, terutama waktu dimana para anggota keluarga berkumpul memang merupakan blok waktu yang termahal harga jualnya. Dalam tulisan lalu SBY 95%, JK 92%, MEGA 73%, Catatan atas Survey Iklan TV - ABG Nielsen diungkap Pasangan Mega_prabowo juga memiliki konsentrasi penayangan iklannya yang lebih tersebar, yaitu mulai jam 14.00 hingga 02.00 dini hari, sedangkan iklan SBY dan JK tersebar mulai jam 06.00 hingga 22.00.
Jika mencermati keluarga sebagai “locus” kampanye atau saluran komunikasi politik, maka besaran komunikasi yang difokuskan kepada jejaring partai atau ormas-ormas dan organisasi keagamaan tidaklah menjadi efektif, karena justru saluran inter-personallah yang menjadi faktor, bukan organisasi. Menurut Dan Nimmo (2001), Saluran komunikasi politik interpersonal memang terdiri atas keluarga dan kolega. Keluarga merupakan komunikator politik yang terpenting sebagai sumber pembelajaran politik. Hal ini ditunjang oleh temuan tentang banyaknya kesamaan di antara orientasi politik orang tua dan anaknya, dan sosialisasi keluarga turut membantu proses belajar dalam mengidentifikasikan pemilih yang bersangkutan dengan kelompok, terutama dengan salah satu dari ketiga kandidat capres atau partai koalisi. Faktor keluarga ini juga telah terendus dalam survei Litbang Kompas dalam survei Desember 2008 tentang peta pemilih pemula dan pilihan politik perempuan. Untuk pemilih pemula sebagai swing voters, pilihan politiknya belum dipengaruhi motivasi ideologis tertentu dan lebih didorong oleh konteks dinamika lingkungan politik lokal, sehingga pemilih pemula mudah dipengaruhi kepentingan-kepentingan tertentu, terutama oleh orang terdekat seperti anggota keluarga, mulai dari orangtua hingga kerabat. Dalam survei berikutnya, Maret 2009, Litbang Kompas juga mengulas keluarga sebagai faktor utama dalam pilihan politik bagi perempuan, selain pandangan agama.
Tampaknya keluarga merupakan faktor utama dari mantra-mantra sihir dari Cikeas.
Salam Kompasiana, SapriCatatan: tulisan ini juga dapat dibaca pada blog Kompas: KOMPASIANA
Tags: faktor, Keluarga, komunikasi politik, pemilih pemula, pengaruh, perempuan, pilihan politik
Share on Twitter
24 tanggapan untuk “Keluarga, Mantra Sihir Dari Cikeas”
No comments:
Post a Comment