Tuesday, July 28, 2009

Politik Akal Sehat ala SBY atau Sjahrir?

Politik Akal Sehat ala SBY atau Sjahrir?
Oleh Sapri Pamulu - 29 Juli 2009 - Dibaca 639 Kali -

“Politik Akal Sehat” kembali terlontar secara lisan oleh SBY, incumbent pemenang pilpres 2009, sebagaimana diberitakan berbagai media termasuk Kompas, Presiden: Rakyat Punya Akal Sehat. “Soal dinamika politik sekarang ini, katakanlah yang dinamakan politik akal sehat, masyarakat bisa menilai dan menalar dengan baik mana yang logis dan tidak logs jika ada protes dan pengaduan pascapilpres ini,” ujar Presiden saat memberi pengantar pada rapat terbatas di Kantor Presiden, Kompleks Istana, Jakarta, Selasa (28/7). Konon, Pernyataan Presiden ini disampaikan terkait pengaduan kubu Mega-Prabowo dan JK-Wiranto ke Mahkamah Konstitusi mengenai hasil pilpres yang diputuskan KPU.

Dr Sjahrir (sumber PIB) Entah kebetulan atau kesengajaan, pada tanggal 28 Juli 2008, tanggal yang sama dengan pernyataan, Dr. Sjahrir meninggal dunia dalam usia 63 Tahun. Sjahrir dalam bukunya Transisi Menuju Indonesia Baru pernah menuliskan kalimat “Politik akal sehat ” ini dalam bagian “Meluruskan Arah Reformasi” halaman 53, dst. Memang almarhum merupakan penasehat ekonomi presiden SBY sejak tahun 2004, dan Partai PIB (Perhimpunan Indonesia Baru) yang dibidaninya juga merupakan partai pendukung koalisi untuk pasangan SBY-Boediono.

Jika membaca lebih lanjut sebagai preview buku ini dan juga pemikiran Sjahrir, maka beberapa point dapat dikutip untuk menjadi bahan renungan dalam konteks pilpres masa kini dan tentu saja konteks berbangsa dan bernegara, meski buku tersebut terbit pada masa menjelang pilpres 2004.

  • Sjahrir menyebut budaya “politik akal sehat” sebagai budaya pendidikan politik rakyat, buduaya yang mengajarkan rakyat tentang hak-haknya sebagai warga negara. Budaya ini diyakininya akan meluruskan dalil-dalin bernegara yang dibengkokkan oleh kepentinngan-kepentingan status quo. Contohnya yang selalu diperingatkan berulang-ulang bahwa jabatan dan fasilitas publik harus dipisahkan dari akses pejabat negara yang sekaligus memimpin sebuah partai politik.
  • Di halaman lain, Sjahrir juga menyebut “politik akal sehat” sebagai politik yang mengelola perbedaan, bukan politik yang memaksakan persamaan. Sjahrir juga mempercayai bahwa mengelola perbedaan itu merupakan modal dasar karena dengan cara ini dapat diperoleh proses pembelajaran dalam menjalankan demokrasi, mengatasi konflik secara beradab, dan belajar peka terhadap ketidakadilan.

Yang menarik dari beberapa kegelisahan Sjahrir menjelang Pemilu 2004 barangkali masih relevan untuk Pemilu 2009, sekaligus mengevaluasinya jika pertanyaan Sjahrir terjawab tentang siapa yang dipilih rakyat karena yang terpilih masih sosok yang sama.

“Inilah momentum di mana akal sehat politik publik akan dipertaruhkan sepenuhnya untuk menentukan siapakah yang paling mungkin memimpin bangsa ini di tengah kemajemukannya, di dalam tumpukan utang luar negeri, di dalam lautan pengangguran yang sangat dalam, di dalam krisis kepercayaan diri di dunia intern asional, dan di dalam kecemasan membayangkan masa depan”

Tentu saja menurut dugaan penulis, pernyataan presiden SBY tentang “Politik Akal Sehat” ini bukan merujuk kepada hasil survei “exit pool” yang diadakan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang menyatakan bahwa Pertimbangan rasional-lah yang paling menentukan pilihan, terutama dalam menjelaskan persaingan antara
SBY dan Mega. But, wallahu ‘alam bisshawab

Salam Kompasiana, Sapri Pamulu

Catatan: Tulisan ini juga dapat dibaca arsipnya di Blog Kompasiana

Tags: , , , ,

Share on Facebook
8 tanggapan untuk “Politik Akal Sehat ala SBY atau Sjahrir?”

No comments:

Post a Comment