Thursday, July 30, 2009

Skenario SBY Vs Mega, Pilpres 2 Putaran Masih Mungkin?? (Bagian 2)

Skenario SBY Vs Mega, Pilpres 2 Putaran Masih Mungkin?? (Bagian 2)
Oleh Sapri Pamulu - 31 Juli 2009 - Dibaca 1410 Kali -

Dalam tulisan sebelumnya, Bagian Pertama, Skenario SBY Vs Mega, Pilpres 2 Putaran Masih Mungkin?? Diulas bahwa terdapat peluang terjadinya Pilpres 2 Putaran terletak di 21 provinsi tersebut digugat dan dimenangkan oleh Mahkamah Konstitusi maka peta wilayah kemenangan akan berubah. Meski demikian peluang terjadinya skenario 2 putaran ini adalah relatif sangat kecil, karena perolehan SBY-Boediono mungkin hanya akan tersedot ke wilayah besaran abu-abu yaitu 50%, kecuali jika ada faktor lain yang diluar dari kerangka analisis tulisan sebelumnya.

Salah satu faktor yang tidak diperhitungkan adalah penggelombungan suara, yang oleh Tim Mega-Prabowo dikalkulasi sebesar 28,6 Juta suara yang menguntungkan pasangan SBY-Boediono. Secara matematis jika penggelembungan ini benar, maka perolehan pemenang akan berkurang dari 60% menjadi 48,7% saja sehingga tidak memenuhi syarat konstitusi 50% plus 1 suara. Tetapi jika kalkulasinya demikian maka jika ditelaah secara kritis maka angka partisipasi pemilih pada pilpres 53% saja atau golput mencapai 47%. Jika dibandingkan dengan pileg lalu, tingkat partisipasi pemilih mencapai 61% menurut versi KPU atau 69% pada pilpres, maka tentu saja ini bisa menjadi bahan perdebatan terutama jika menkorelasikannya dengan daftar pemilih tetap (DPT). Jika menggunakan data KPU, maka DPT pilpres bertambah sekitar 5 jutaan saja dari pileg sebagaimana bisa dilihat pada tabel berikut:

dpt (sumber  KPU)

Dari materi gugatan baik Kubu Mega atau JK, tampaknya DPT yang kacau merupakan materi utama yang akan diperkarakan. Hal ini senada dengan penyampaian Mahfud MD, Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) bahwa Daftar Pemilih akan menjadi pokok perkara.

Jika menggunakan logika penggelembungan yang diajukan tim Mega, maka sudah pasti tidak akan selaras dengan jumlah pertambahan suara sah atau pertambahan pemilih dari DPT, tetapi pada DPT itu sendiri, karena jumlah pertambahan pemilih baik diukur dengan suara sah atau yang berhak memilih maka jumlahnya akan tidak mencapai jumlah dugaan yang digelembungkan (lihat tabel suara sah)

suara sah (sumber KPU)

Penggelembungan suara terbesar diduga terjadi di Jawa Barat (8,6 Juta), Jawa Tengah (4,9 Juta), Sumatera Utara (2,7 Juta), Banten (1,8 Juta), Lampung (1,6 Juta) dan Sumatera Barat (1,2 Juta). Sebagaimana dilansir, dalam gugatan ke MK, kubu Megawati-Prabowo mengajukan tiga permohonan yaitu melanjutkan pemilu ke putaran kedua, dan jika tak dikabulkan, pemohon meminta pilpres diulang di seluruh Indonesia, serta meminta pemilu diulang di 25 provinsi. MK memang berwewenang untuk monolak atau mengabulkan permohonan penggugat baik sebagian atau seluruhnya.

Mencermati gugatan ini maka dapat dapat dipastikan bahwa terdapat 3 modus operandi saja dari berbagai pihak yang tertuding. Pertama, modus pemilih fiktif dalam DPT yang diduga kacau. Kedua, penambahan suara pada pasangan tertentu, dan terakhir, Ketiga, kesalahan perhitungan atau rekapitulasi suara dari berbagai tingkatan. Jika modus ini dikelompokkan mernutu kemungkinan skenario tuntutan, maka modus 1 dan ketiga (13) akan berujung kepada pemilihan ulang, sedang modus 2 akan memungkinkan pilpres 2 putaran. Tampaknya pemilihan ulang lebih berpeluang terjadi daripada skenario Mega versus SBY di putaran kedua. Wallahu ‘alam bisshawab

Salam Kompasiana, Sapri

Catatan: Tulisan ini juga ditayangkan di blog Kompas

Tags: , , , , , ,

Share on Facebook
25 tanggapan untuk “Skenario SBY Vs Mega, Pilpres 2 Putaran Masih Mungkin?? (Bagian 2)”

Tuesday, July 28, 2009

Politik Akal Sehat ala SBY atau Sjahrir?

Politik Akal Sehat ala SBY atau Sjahrir?
Oleh Sapri Pamulu - 29 Juli 2009 - Dibaca 639 Kali -

“Politik Akal Sehat” kembali terlontar secara lisan oleh SBY, incumbent pemenang pilpres 2009, sebagaimana diberitakan berbagai media termasuk Kompas, Presiden: Rakyat Punya Akal Sehat. “Soal dinamika politik sekarang ini, katakanlah yang dinamakan politik akal sehat, masyarakat bisa menilai dan menalar dengan baik mana yang logis dan tidak logs jika ada protes dan pengaduan pascapilpres ini,” ujar Presiden saat memberi pengantar pada rapat terbatas di Kantor Presiden, Kompleks Istana, Jakarta, Selasa (28/7). Konon, Pernyataan Presiden ini disampaikan terkait pengaduan kubu Mega-Prabowo dan JK-Wiranto ke Mahkamah Konstitusi mengenai hasil pilpres yang diputuskan KPU.

Dr Sjahrir (sumber PIB) Entah kebetulan atau kesengajaan, pada tanggal 28 Juli 2008, tanggal yang sama dengan pernyataan, Dr. Sjahrir meninggal dunia dalam usia 63 Tahun. Sjahrir dalam bukunya Transisi Menuju Indonesia Baru pernah menuliskan kalimat “Politik akal sehat ” ini dalam bagian “Meluruskan Arah Reformasi” halaman 53, dst. Memang almarhum merupakan penasehat ekonomi presiden SBY sejak tahun 2004, dan Partai PIB (Perhimpunan Indonesia Baru) yang dibidaninya juga merupakan partai pendukung koalisi untuk pasangan SBY-Boediono.

Jika membaca lebih lanjut sebagai preview buku ini dan juga pemikiran Sjahrir, maka beberapa point dapat dikutip untuk menjadi bahan renungan dalam konteks pilpres masa kini dan tentu saja konteks berbangsa dan bernegara, meski buku tersebut terbit pada masa menjelang pilpres 2004.

  • Sjahrir menyebut budaya “politik akal sehat” sebagai budaya pendidikan politik rakyat, buduaya yang mengajarkan rakyat tentang hak-haknya sebagai warga negara. Budaya ini diyakininya akan meluruskan dalil-dalin bernegara yang dibengkokkan oleh kepentinngan-kepentingan status quo. Contohnya yang selalu diperingatkan berulang-ulang bahwa jabatan dan fasilitas publik harus dipisahkan dari akses pejabat negara yang sekaligus memimpin sebuah partai politik.
  • Di halaman lain, Sjahrir juga menyebut “politik akal sehat” sebagai politik yang mengelola perbedaan, bukan politik yang memaksakan persamaan. Sjahrir juga mempercayai bahwa mengelola perbedaan itu merupakan modal dasar karena dengan cara ini dapat diperoleh proses pembelajaran dalam menjalankan demokrasi, mengatasi konflik secara beradab, dan belajar peka terhadap ketidakadilan.

Yang menarik dari beberapa kegelisahan Sjahrir menjelang Pemilu 2004 barangkali masih relevan untuk Pemilu 2009, sekaligus mengevaluasinya jika pertanyaan Sjahrir terjawab tentang siapa yang dipilih rakyat karena yang terpilih masih sosok yang sama.

“Inilah momentum di mana akal sehat politik publik akan dipertaruhkan sepenuhnya untuk menentukan siapakah yang paling mungkin memimpin bangsa ini di tengah kemajemukannya, di dalam tumpukan utang luar negeri, di dalam lautan pengangguran yang sangat dalam, di dalam krisis kepercayaan diri di dunia intern asional, dan di dalam kecemasan membayangkan masa depan”

Tentu saja menurut dugaan penulis, pernyataan presiden SBY tentang “Politik Akal Sehat” ini bukan merujuk kepada hasil survei “exit pool” yang diadakan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang menyatakan bahwa Pertimbangan rasional-lah yang paling menentukan pilihan, terutama dalam menjelaskan persaingan antara
SBY dan Mega. But, wallahu ‘alam bisshawab

Salam Kompasiana, Sapri Pamulu

Catatan: Tulisan ini juga dapat dibaca arsipnya di Blog Kompasiana

Tags: , , , ,

Share on Facebook
8 tanggapan untuk “Politik Akal Sehat ala SBY atau Sjahrir?”

Saturday, July 25, 2009

Keluarga, Mantra Sihir Dari Cikeas

Keluarga, Mantra Sihir Dari Cikeas
Oleh Sapri Pamulu - 26 Juli 2009 - Dibaca 1047 Kali -

Dalam tulisan sebelumnya Sihir Dari Cikeas, Catatan Tempo tentang SBY (20 Juli), diulas faktor prilaku pemilih yang pragmatisme sebagai salah satu yang menentukan kemenangan incumbent, juga sebagaimana faktor pencitraan dari figur SBY, dalam tulisan Kenapa SBY Menang, Mega Merakyat Tapi Kok Meradang? (17 Juli). Kunci kemenangan SBY memang terletak pada pragmatisme pemilih akibat program-program populis, dan pencitraan yang jeli.

Catatan tersisa yang akan dikemukakan di sini adalah pengaruh kelompok sosial terhadap preferensi pilihan pasangan capres/cawapres. Dari exit poll yang diadakan LP3ES terdapat catatan yang menarik ini ketika pemilih ditanyakan tentang siapa yang paling mempengaruhi pilihan yang dicontreng? ternyata keluarga merupakan faktor yang sangat berpengaruh dengan porsi 74% dan disusul tokoh masyarakat 12%, dan sisanya merupakan kolega dalam tempat bekerja atau organisasi.

faktor keluarga

Jika mencermati faktor keluarga di atas, maka terdapat penguatan teori dalam membangun persepsi, dimana seseorang biasanya terpengaruh oleh beragam referensi. Pertama, dari lingkungan interaksi sosial hal ini dimulai dengan mencermati kelompok referensi terdekat dengan pemilih yang bersangkutan, yaitu di tingkat keluarga, masyarakat sekitar tempat tinggalnya dan seterusnya. Kedua di sisi lainnya referensi itu diperoleh dari pengaruh media terutama TV, baik dalam bentuk pemberitaan maupun dalam bentuk iklan-iklan kampanye. Bangunan persepsi inilah yang menentukan subyektifitas pemilih untuk menjatuhkan pilihannya.

Dari kedua sub-faktor di atas maka dapat disimpulkan bahwa sarana komunikasi kampanye pilpres yang jitu justru adalah keluarga, baik merupa modus maupun locus operandi. Dalam pemilihan waktu iklan di prime time, terutama waktu dimana para anggota keluarga berkumpul memang merupakan blok waktu yang termahal harga jualnya. Dalam tulisan lalu SBY 95%, JK 92%, MEGA 73%, Catatan atas Survey Iklan TV - ABG Nielsen diungkap Pasangan Mega_prabowo juga memiliki konsentrasi penayangan iklannya yang lebih tersebar, yaitu mulai jam 14.00 hingga 02.00 dini hari, sedangkan iklan SBY dan JK tersebar mulai jam 06.00 hingga 22.00.

Jika mencermati keluarga sebagai “locus” kampanye atau saluran komunikasi politik, maka besaran komunikasi yang difokuskan kepada jejaring partai atau ormas-ormas dan organisasi keagamaan tidaklah menjadi efektif, karena justru saluran inter-personallah yang menjadi faktor, bukan organisasi. Menurut Dan Nimmo (2001), Saluran komunikasi politik interpersonal memang terdiri atas keluarga dan kolega. Keluarga merupakan komunikator politik yang terpenting sebagai sumber pembelajaran politik. Hal ini ditunjang oleh temuan tentang banyaknya kesamaan di antara orientasi politik orang tua dan anaknya, dan sosialisasi keluarga turut membantu proses belajar dalam mengidentifikasikan pemilih yang bersangkutan dengan kelompok, terutama dengan salah satu dari ketiga kandidat capres atau partai koalisi. Faktor keluarga ini juga telah terendus dalam survei Litbang Kompas dalam survei Desember 2008 tentang peta pemilih pemula dan pilihan politik perempuan. Untuk pemilih pemula sebagai swing voters, pilihan politiknya belum dipengaruhi motivasi ideologis tertentu dan lebih didorong oleh konteks dinamika lingkungan politik lokal, sehingga pemilih pemula mudah dipengaruhi kepentingan-kepentingan tertentu, terutama oleh orang terdekat seperti anggota keluarga, mulai dari orangtua hingga kerabat. Dalam survei berikutnya, Maret 2009, Litbang Kompas juga mengulas keluarga sebagai faktor utama dalam pilihan politik bagi perempuan, selain pandangan agama.

Tampaknya keluarga merupakan faktor utama dari mantra-mantra sihir dari Cikeas.
Salam Kompasiana, Sapri

Catatan: tulisan ini juga dapat dibaca pada blog Kompas: KOMPASIANA

Tags: , , , , , ,

Share on Facebook

24 tanggapan untuk “Keluarga, Mantra Sihir Dari Cikeas

Hasil KPU Tidak Sama Hasil Quick Count?

Hasil KPU Tidak Sama Hasil Quick Count?
Oleh Sapri Pamulu - 24 Juli 2009 - Dibaca 624 Kali -

Jika tak ada gempa politik, Sabtu besok, 25 Juli, Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan menetapkan capres-cawapres terpilih berdasarkan hasil rekapitulasi suara secara manual dari seluruh provinsi di Indonesia. Jika jumlah golput diproyeksikan sama dengan pileg, sekitar 28%, maka jumlah pemilih yang berpartisipasi pada pemilihan presiden (pilpres) lalu adalah sebesar 125.777.620 orang dari jumlah DPT 176.367.056. Sejauh ini hasil rekapitulasi sementara dari KPU sudah mencapai angka 121.504.481 atau sudah 97% dari angka proyeksi, dengan hasil perolehan suara secara nasional sebagai berikut:

rekap kpu

Jika hasil ini diperbandingkan dengan hasil perhitungan cepat (quick count) dari berbagai lembaga survey, maka perolehan suara secara nasional di atas nyaris sama. Hasil proyeksi quick count pada hari pelaksanaan pilpres, 8 Juli, lalu adalah seperti berikut:

quick count

Dalam tulisan 7 Juli lalu Quick Count Pilpres: Masih Percaya dengan LSI? penulis menominasikan lembaga sigi LP3ES sebagai lembaga yang paling akurat berdasarkan hasil quick count pada pemilihan legislatif pileg), 9 April lalu. Pada hasil pileg, secara keseluruhan tampak LP3ES memiliki tingkat keakuratan yang lebih baik dari pada PT LSI dan LSI. Total jumlah peroleh kesembilan partai yang lolos ke Senayan itu 81.71% sebagaimana versi KPU dalam data 12 Mei 2009, sedangkan LP3ES hanya berselisih 0.51% saja, sedangkan PT LSI dan LSi mempunyai perbedaan yang lebih besar yakni masing masing 1.39% dan 1.38% point dengan KPU, meski LSI sendiri mempunyai toleransi kesalahan (margin error) +/- 0.9%. Proyeksi penulis berdasarkan simulasi data survei, juga dalam tulisan Skenario 8 Juli: SBY 55% (pesimis) - 61% (optimis), diperoleh rentang perolehan suara SBY-Boediono dari 55% - 61%. Simulasi ini menggunakan data-data sigi dari Puskaptis dan LSI dari bulan Mei sampai Juli 2009.

Oleh karena itu penulis kembali menggunakan hasil proyeksi LP3ES berdasarkan perhitungan cepat (quick count) untuk diperbandingkan dengan hasil rekapitlasi KPU berdasarkan perolehan suara per-provinsi. Hasil perbandingan adalah sebagai berikut:

lp3es kpu

Jika menyimak tabel perbandingan di atas maka perolehan rata-rata untuk masing-masing pasangan tidaklah berbeda, meski secara angka persis tidak sama tapi masih dalam batas toleransi berdasarkan “margin of error:. Quick count LP3ES dilakukan dengan mengambil sampel di 1975 TPS 33 Provinsi (98,75% datamasuk), proporsional terhadap jumlah pemilih terdaftar, dengan “Margin of error” +/- 1 pada tingkat kepercayaan 95%.

Dengan hasil di atas dengan merujuk kepada syarat konstitusi maka hampir dapat dipastikan bahwa pasangan SBY-Boediono akan menjadi pemenang pilpres dalam 1 (satu) putaran saja. Selamat kepada sang pemenang

Salam Kompasiana, Sapri Pamulu

Tags: , , , , , , , ,

Share on Facebook
2 tanggapan untuk “Hasil KPU Tidak Sama Hasil Quick Count?

Tuesday, July 21, 2009

Kasus Baru SBY, Ternyata Kisah Lama

Kasus Baru SBY, Ternyata Kisah Lama
Oleh Sapri Pamulu - 22 Juli 2009 - Dibaca 2764 Kali -

Dalam kasus pemboman Ritz & Marriot yang baru lalu, setidaknya ada efek lain yang bisa diamati, terutama berlakunya hukum Newton tentang aksi reaksi yang merupakan efek samping dari pertarungan di pilpres. Meski dalam tulisan sebelumnya, Bom Mega Kuningan, Tidak ada kaitannya dengan Mega dan Kuningnya JK, tapi dari kontroversi aksi pernyataan pers SBY justru menimbulkan kasus baru, berupa reaksi tergelitiknya kubu Prabowo. Aksi pemicu tentu saja pernyataan bersayap SBY tentang drakula dan penyebar maut yang diwaktu yang lalu melakukan kejahatan, membunuh, menghilangkan orang barangkali, dan para pelaku itu barangkali masih lolos dari jeratan hukum.

Contoh reaksi terbaru dari supporter Prabowo, Permadi, bahwa kisah tertembaknya foto SBY itu ternyata bukan kisah baru, tetapi merupakan kisah lama, Foto tersebut merupakan gambar latihan perang dalam kasus Poso. Konon foto-foto yang ditunjukkan oleh Presiden SBY merupakan foto yang telah dipublikasikan 4 tahun lalu oleh Kepala BIN AM Hendropriyono di Komisi I DPR (Komisi Pertahanan dan Keamanan). Menurut Permadi, tindakan BIN dinilai ngawur dan keterlalua karena telah memberikan informasi yang tidak benar dan terlalu mengada-ada kepada SBY, alias tindakan ABS saja.

foto sby (sumber detik.com)

Dalam keterangan pers 17 Juli lalu, Presiden SBY juga menunjukkan beberapa foto yang bersumber dari laporan intelijen. Foto tersebut di antaranya foto teroris yang sedang menembak sebuah target yang tidak tergambar jelas, dan sebuah foto gambar SBY dari jarak dekat dengan lobang di pipi sebelah kanan. Meski Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri menjelaskan ‘penembak’ SBY sudah ditangkap di Kalimantan Timur pada bulan Mei 2009, tetapi terdapat penangkapan susulan sang penembak beberapa hari lalu di Kaltim. Kisah penembakan ini juga telah dipostingkan pada Penembak SBY Ditangkap di Kaltim & Simulasi DPT

Jika mengamati kisah-kisah dari kasus tersebut di atas maka terlihat potensi memperlebar wilayah “psywar” antara kubu SBY dan Mega-Pro, padahal perhitungan rekapitulasi nasional juga harusnya akan tuntas 3 hari lagi, dan akan mudah diduga, tarik-menarik kepentingan antara kedua kubu ini terkait dengan penetapan hasil pilpres nanti akan terus berlanjut sampai ke Mahkamah Konstitusi (MK).

Semoga saja kisah-kisah aksi reaksi ini (jika masih ada) akan teriwayatkan dengan damai sehingga dapat mempertontonkan sikap kedewasaan dalam konteks demokrasi ala Indonesia

Salam Kompasiana

Tags: , , , , , , , ,

Share on Facebook
-----------------------------------------------------------------------------------------
44 tanggapan untuk “Kasus Baru SBY, Ternyata Kisah Lama
  1. gubs,
    — 22 Juli 2009 jam 7:06 am

    foto begituan kok dikasih liat ke publik..
    basi banget..
    siapapun bisa bikin begituan..


  2. Perkasaputra,
    — 22 Juli 2009 jam 7:11 am

    Makanya pak ***
    Jangan terbiasa membohongi, karena bisa juga bapak yang dibohongi

    dulu bohongi tentang produk mi instant yg terbuat dari sagu, ketela atau jagung
    dulu bohongi ….
    dulu …

    dulu dibohongi blue energy-nya Joko
    sekarang ….


  3. Sapri Pamulu,
    — 22 Juli 2009 jam 7:12 am

    @gubs,
    itulah yang memprihatinkan dari lembaga intelijen kita, alih-alih memperkuat ternyata mengecoh presiden SBY dengan data usang.
    sayang saya tidak punya pengetahuan hukum ttg apa saja dari data atau info yang dikalsifikasikan sebagai rahasia negara yang dapat di-pertonton-kan ke wilayah publik, jika anda memilikinya akan bermanfaat jika bisa di-share
    btw, thanks atas komentarnya.
    salam, sapri


  4. linda,
    — 22 Juli 2009 jam 7:43 am

    Sekarang saya baru mengerti, mengapa Hendropriyono ketika diwawancara melalui telefon oleh salah satu televisi swasta tentang malasah teroris, menjawab dengan begitu bernafsu dan menggebu-gebu. Biasanya Hendropriyono sangat ‘pelit’ meluangkan waktu untuk sebuah wawancara, apalagi yang kontennya amat sensitif.

    Untung saja, di tengah serunya ia memberkan keterangan rinci kepada si pewawancara, tidak diselingi dengan gelak tawa yang barangkali saja sekuat tenaga sudah ia tahan sejak awal acara.. …

    Sungguh gemas saya kepada pihak-pihak tertentu yang tega-teganya ‘ngerjain’ Presiden kita. Begitu sampai hati mereka…. !! Di tambah lagi saat foto itu dipamerkan, beberapa orang yang berdiri di belakangnya sesekali manggut-manggut dengan raut muka sungguh tegang, serius, seakan-akan ikut meyakini dan menimpali… Duh..! Mengapa harus terjadi peristiwa seperti itu?? Mau dibawa ke mana negeri ini? Saya sangat memimpikan bangsa ini damai, saling bahu membahu dan berkonsentrasi penuh pada kemajuan ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya.


  5. Yuyu,
    — 22 Juli 2009 jam 7:43 am

    a bloody soap opera player.. bollocks


  6. Rudy,
    — 22 Juli 2009 jam 7:45 am

    Ya, saya dari awal juga merasa bahwa ini bagian dari perang saraf dengan PS untuk kemudian diharapkan bisa menyudutkan, dan melemahkan kekuatan saraf PS dalam menolak hasil pilpres. Semacam memperbaharui stigma PS, dan apapun reaksi masyarakat, toh jelaga stigma itu tetap akan menambah gelap. Karena dari hitungan QC, sudah pasti unggul, jadi bagi SBY hal tersebut adalah sesungguhnya nothing to loose. Kalaupun ada yang sibuk membahas sisi negatifnya, paling hanya kompasiana. Nggak ngaruh kok. Toh JK yang sudah sangat unggul dalam pilpres ala kompasiana, toh akhirnya kalah. Gitu kalee…..


  7. Sapri Pamulu,
    — 22 Juli 2009 jam 7:51 am

    @linda,
    Thanks atas komentarnya.
    Betul kata pak Pray tempo hari, rupanya perang intelijen juga menjadi bagian dari wilayah pertempuran pilpres.
    btw, komentar mbak di paragraf terakhir tadi menyisakan keingintahuan tentang mereka-mereka ini, tadi saya sempat memperhatikan wajah-wajah petinggi yang berseragam itu di postingan mas Wisnu, yang paling aneh itu yang berseragam putih, betul-betul putih polos :)
    Coba pelototi ulang foto itu di http://wisnunugroho.kompasiana.com/files/2009/07/bom9.jpg

    Salam, Sapri


  8. Sapri Pamulu,
    — 22 Juli 2009 jam 8:01 am

    @Rudy,
    rabaan anda boleh juga, thanks.
    Btw, reaksi terbaru PS, hasil Rapimnas II Gerindra sudah memproklamirkan penolakan rekapitulasi hasil Pemilu Presiden, sementara SBY sudah digossipkan sudah melempar bola kabinet.
    Salam, Sapri


  9. Sapri Pamulu,
    — 22 Juli 2009 jam 8:09 am

    @Yuyu,
    thanks for your comment. It’s a pity that the player is our real president
    Cheers, sapri


  10. manunk,
    — 22 Juli 2009 jam 8:21 am

    terbaru dari tele wawancara metro tv dengan hendropriyono tadi malam,
    bahwa foto yang dijadikan sasaran tembak bukan SBY saja, ternyata Pak JK juga dijadikan sasaran tembak, kenapa yg SBY publikasikan cuma foto dia seorang?


  11. Soraya Devi,
    — 22 Juli 2009 jam 8:21 am

    Wah pak presiden…kalau bicara mbok ya..ojo kesusu..kan katanya gak mau ngikutin lebih cepat lebih baik karena takut ngawur…loh kok malah ikutan ngawur


  12. Rudy,
    — 22 Juli 2009 jam 8:22 am

    Bung Sapri, saya add sedikit, karena anda sudah launching soal Gerindra itu. Begini, agaknya, dalam penciuman gaya kompasiana saya, bukan tidak mungkin SBY akan memberikan satu kursi kepada seorang ‘ kader ‘ Gerindra. Jika umpan ini dimakan, maka sodokan soft-power selanjutnya akan nyusul.


  13. dodo,
    — 22 Juli 2009 jam 8:24 am

    Sby melakukan seperti itu tiada lain karena Pak Sby sangat sayang pada rakyatnya, agar rakyat senantiasa hati2.. Bagaikan orang tua yang memberitahu pada anaknya “Awas nak hati2 dijalan” dijalan banyak ini..itu..” Saya yakin Pak SBY melakukan seperti itu karena sangat sayank pada rakyatnya, jangan sampai rakyatnya berjalan ke arah yanga berbahaya. Dan suksesnya Pak SBY dan AParat kepolisian berkat partisipasi masyaratakat untuk bekerjasama sehingga para pelaku kejahatan dapat segera di tangkap dan tindak. Kepada para penggerak kejahatan bertaubatlah,..


  14. Aries,
    — 22 Juli 2009 jam 8:24 am

    Mba’ Linda ahirnya sadar, Ternyata Presiden ibu-ibu Mengecewakan…..


  15. Sapri Pamulu,
    — 22 Juli 2009 jam 8:25 am

    @manunk,
    terima kasih atas informasi tambahannya, jika benar, sangat menarik untuk dikaji lebih dalam lagi, apalagi JK juga punya andil dalam mendamaikan Poso
    Salam, sapri


  16. Sapri Pamulu,
    — 22 Juli 2009 jam 8:30 am

    @Rudy
    Thanks untuk tanggapan baliknya. Seperti kata anda, SBY is nothing to loose, indikasi kabinet bunglon ini sudah terendus oleh berbagai pihak, bola kabinet sudah disepak dan memantaul kemana-mana, baik kawan dan lawan, termasuk ke PDIP dan Golkar juga, justru partai-partai pendukung mulai terlihat cemas tidak kebagian ikut turun merumput. SBY kemungkinan akan memainkan partai tambahan 2 x 15 menit sebelum adu penalti.
    Salam, sapri


  17. Sapri Pamulu,
    — 22 Juli 2009 jam 8:39 am

    @Rudy,
    sekedar share info dari milis tetangga, dari gossip susunan kabinet bayangan di bawah ini, tampaknya unsur GERINDRA belom ada, entah nanti jika babak pertandingan berlanjut sampai adu penalti di MK. Salam, Sapri



  18. Aya2wae,
    — 22 Juli 2009 jam 9:19 am

    Menteri Komunikasi dan Informasi : Rizal Malarangeng
    Menteri Dalam Negeri : Andi Malaranggeng
    Menteri Hukum dan HAM : Ruhut Sitompul

    Mereka Jadi mentri?……………….

    Ampunnnnnnnnnnnnnnn, Sudah cocoklah di bikinin sinetron kl gt Tinggal tambah Ram Punjabi jadi Penasehat biar alur ceritanya lebih termehek2.


  19. amar,
    — 22 Juli 2009 jam 9:33 am

    diSihir,diJail-i,di Bohong-i,semua itu scope of worknya kementrian apa ya bang Sapri…?


  20. Aries,
    — 22 Juli 2009 jam 9:33 am

    Itulah harapan 60% rakyat indonesi, Biarlah Indonesia ini begini-begini terus yang penting alur ceritanya indah, Dalam sinetron hanya ada du Karakter Tokoh, Jahat dan Baik, tidak ada Tokoh yang Membangun.


  21. Sapri Pamulu,
    — 22 Juli 2009 jam 9:45 am

    @Aya2wae
    Rupanya bocoran susunan menteri itu udah menjadi berita di inilah.com
    silahkan baca nama “RUHUT” dan MALLARANGENG yang disebut-sebut juga,
    http://www.inilah.com/berita/politik/2009/07/22/131285/pd-wajar-kita-dapat-banyak-menteri/


  22. Sapri Pamulu,
    — 22 Juli 2009 jam 10:20 am

    @amar,
    kementrian apa ya? yang jelas bukan meneg kominfo :)
    thanks, salam, sapri


  23. Sapri Pamulu,
    — 22 Juli 2009 jam 10:26 am

    @Aries
    jika mencocokkan dengan angka DPT maka perolehan suara itu sebenarnya hanya 43%, tapi jika suara sah dengan asumsi golput 28% maka sby-boediono memperoleh 60%. makanya yang ABS (asal bukan sby) jumlahnya 57%, sehingga yang diduga bung Rudy dalam komentarnya di atas bisa menjadi faktor.
    thanks, salam, sapri


  24. Sapri Pamulu,
    — 22 Juli 2009 jam 10:32 am

    @dodo
    mungkin anda benar, presiden sby kemungkinan bermaksud demikian (yang tersirat) tapi yang tersurat melalui konperensi pers itu belumlah berhati-hati. Btw, presiden sby juga sudah melakukan klarifikasi secara tidak langsung, nah sekarang tergantung masyarakat menilainya nanti. udah baca komentar Gus Dur?
    salam, sapri


  25. amril,
    — 22 Juli 2009 jam 10:56 am

    Gak usah diprotes, karena skenario memang dibuat seperti itu.

    Yang penting cerita menjadi dramatis, dan barang laku dijual.

    Yang terpenting adalah popularitas, itulah makanya Beliau dipilih.

    Gak usah takut bagian kalian adalah 5 tahun mendatang, gak usah khawatir masih kebagian kok, wong Belanda + Suharto menjajah 380 tahun, masa saya yang menjajah cuma lima tahun lagi anda takut banget.

    Yang Pada Sabar….. Tunggu giliran menjajah bangsa ini.


  26. rudy,
    — 22 Juli 2009 jam 11:37 am

    sosok MELANKOLIS itu memang suka pada album kenangan dan jadul…


  27. arie febrianto,
    — 22 Juli 2009 jam 11:52 am

    malarangeng & ruhut sitompol? kabinet macam apa ini?


  28. Sapri Pamulu,
    — 22 Juli 2009 jam 12:08 pm

    @arie febrianto
    menurut calon menkes, konon kabinet di atas itu cuman kabinet gossip :)
    salam, sapri


  29. Syam Jr,
    — 22 Juli 2009 jam 1:09 pm

    Salam pak Sapri.
    maaf pak nimbung aja nambahan daftar menterinya pak Rudy (17), agar ditambahkan jabatan versi baru yaitu Menteri Negara Penerangan dan propaganda : Pak Kumis… :D


  30. wajib.golput,
    — 22 Juli 2009 jam 1:39 pm

    to aya2wae : thanx sdh bisa membuat saya tertawa siang ini, ha ha ha, lumayan urat dikepala saya agak kendor dikit, emang pas baca rumor menteri itu gw langsung ketawa, pas diberitakan klan malaranggeng dan bang ruhut mo jd menteri, tp yang membuat tambah lucu pas anda tambahin si raam punjabi, he he he he, ngocol banget, hayo pak dilanjutkan.


  31. gogoblog,
    — 22 Juli 2009 jam 2:28 pm

    Ya Tuhan, kenapa Kau beri aku presiden bego… bego banget…


  32. ichwan kalimasada,
    — 22 Juli 2009 jam 2:32 pm

    wah..wah.., jauh dirantau ck tapi segudang informasi yg diolah dgn afik..

    namanya juga lanjutkan, kisah lama juga bisa dilanjutklan dgn sedikit scenario tambahan, jadilah drama telenovela baru,

    semogalah happy ending, jgn sampai ramalan mama lauren gak meleset jauh ke laut.., kan bs berabe negeri ini

    salam


  33. doeny,
    — 22 Juli 2009 jam 3:20 pm

    Siapa dulu Presedennya
    SBY berbudi kan.
    Lanjutkan ………….?


  34. Meranti,
    — 22 Juli 2009 jam 4:30 pm

    Astagfirullohaladzim…….Bang Ruhut calon Menteri Hukum dan HAM ? dia aja melanggar HAM-nya Fuad Bawazier he…he….he..
    Kalau Penasehatnya Raam Punjabi nanti nama kabinetnya Kabinet Multivison dong he…he…,
    Baguslah ntar jadi sinetron kejar tayang…..
    Supaya Ibu-ibu betah nonton sinetron di TV…..,
    Kayaknya Ibu-ibu gak marah tuh biar harga BBM naik, minyak langka, beras susah, yang penting bisa lihat artis sinetron nominator pemenang Piala Citra…..2009-2014…..SBY…




  35. luca,
    — 22 Juli 2009 jam 4:40 pm

    Menteri Kesehatan : Dr.dr Fachmi Idris, M Kes ( Ketua Umum IDI)

    Masa??
    Y meskipun beliau adalah dosen saya, namun bknnya menteri kesehatan kita yg lama ini cukup baik kinerjanya??
    Mungkin gosip doank.


  36. ragile,
    — 22 Juli 2009 jam 5:21 pm

    Kalo emang benar begitu sungguh keterlaluan, apa tdk ada cara lain yg lbh elegan gitu???


  37. putra fajar,
    — 22 Juli 2009 jam 6:29 pm

    AM. Hendropryono dalam wawancara sore Metro TV menanggapi pernyataan SBY, “Semua berdiri dibelakang Pemerintah dan Presiden. Kalau dianggap menghancurkan pemerintah, sangat bodoh…” selanjutnya di http://public.kompasiana.com/2009/07/17/pak-tolong-jangan-asal-tuduh/


  38. Ari,
    — 22 Juli 2009 jam 8:26 pm

    Kalau sama-sama foto lawas kenapa SBY nggak sekalian nunjukin fotonya waktu masih Balita,pasti lucu dan ibu-ibu penggemar sinetron akan gemes untuk mencubit pipinya yg gembil..
    Daripada foto ancaman penembakan yg menambah ketakutan masyarakat..


  39. amril,
    — 22 Juli 2009 jam 11:02 pm

    @ari & @meranti
    wakakakkaak. Mestinya ibu-ibu penggemar sinetron baca komentar anda berdua. Saya jamin anda berdua akan kebagian peran antagonismya.


  40. Ekky NS,
    — 22 Juli 2009 jam 11:47 pm

    udah keluar tuh jilid sambungannya barusan dari warta brita di republik sinetron. Ini previewnya:

    “Huhuhu, tolooong, saya didzolimi pers, ucapan saya dipelintir”

    dan sang jendral yang kekanak-kanakan itu pun menangis bombai

    ibu-ibu makin cinta deh, LANUTAN!!! :D


  41. dahlia,
    — 27 Juli 2009 jam 3:42 pm

    ah paling sandiwaranya si beye sm amerika supaya rakyat tdk memperdulikan kekisruhan DPT. Coba cek ada yg mati beragama Yahudi tdk, pasti tdk ada. Jgnlah mau dibodohi.


  42. ivansocialism,
    — 29 Juli 2009 jam 2:46 am

    Inilah sinetron dg judul:
    Aku yg santun terzolimi season 2.
    60% vote to aku yg santun terzolimi season 2,supaya menang kategori sinetron paling menyentuh.
    Beye artis pria terpopuler.
    Andi artis muda berbakat.
    Ruhut artis pendatang baru terfavorit.
    Selamat menikmati.

    PERHATIAN:beli tissue sblm menonton.


  43. gundul,
    — 31 Juli 2009 jam 6:47 pm

    Aya2wae,
    — 22 Juli 2009 jam 9:19 am

    Menteri Komunikasi dan Informasi : Rizal Malarangeng
    Menteri Dalam Negeri : Andi Malaranggeng
    Menteri Hukum dan HAM : Ruhut Sitompul

    Mereka Jadi mentri?……………….
    [ welha-dhalah..........slamet...slamet....slamet.......mudah2an bangsaku selamat dari kalabendu dan selamat dunia akherat.]