- Intelijen: Bukan “Noordin M Top” yang tewas, itu rekayasa
- Oleh Sapri Pamulu - 9 Augustus 2009 - Dibaca 6001 Kali -
-
Mungkin maraknya pemberitaan operasi POLRI yang menewaskan Noordin M Top di Indonesia juga berimbas di Australia sini, semua stasiun televisi juga selalu menyiarkan update terbaru tentang kisah pengerebekan teroris di Kuningan dan Temanggung. Secara emosional, publik Australia memang sangat concern pasca Bom Bali lalu yang terbanyak menewaskan warga Kangguru. Yang unik di sini karena belum ada pemberitaan yang meragukan apakah Noordin M Top yang tewas atau bukan?, sebagaimana yang lagi hangat diulas di sana.
Dalam tulisan lalu (18/07/09), Bom Mega Kuningan, Tidak Ada Kaitannya Dengan Mega dan Kuningnya JK disitir 2 kerangka analisis dari pengamat Intelijen Indonesia AC Manullang, dan kajian kajian politik di Amrik, Guilmartin, E. K. (2004). Manullang menungkap 3 analisis peristiwa, Pertama, apapun, siapapun dan bagaimanapun peristiwa akhir-akhir ini terkait dengan pelaksanaan demokrasi di Indonesia, khususnya Pemilu Legislatif dan Pilpres. Alasannya pelaksanaan Pemilu dan Pilpres di Indonesia sangat menarik perhatian dunia internasional. Pilpres yang berjalan satu putaran, itu sangat luar biasa, jadi aksi ini cuma cari-cari dan cari gara-gara saja Kedua, belakangan ini terjadi aksi kekisruhan sosial, agama termasuk kasus di Papua, ini dalam waktu dekat juga akan terjadi lagi. Ketiga, terkait kedatangan orang asing, seperti para pemain sepakbola MU ke Indonesia. Guilmatin dengan model regresinya menguji hubungan antara serangan teroris dengan popularitas presiden dari tahun 1949-2002 dengan menambahkan indikator serangan teroris dan lokasinya, fatalitas dan taktiknya terhadap parameter ekonomi dan politik. Ditemukan bahwa terdapat kaitan erat antara faktor-faktor tersbut dengan tingkat penerimaan atau penolakan terhadap kinerja presiden. Analis pun menjadi marak berspekulasi jika kegiatan teror itu justru merupakan rekayasa, by design, untuk meningkatkan popularitas sang Presiden.
Jika dianalisis lebih lanjut antara keduanya maka dapat diambil kesimpulan sela bahwa bom Mega-Kuningan itu lebih merupakan bom ideologis, karena dapat dikaitkan sebagai upaya deligitimasi SBY yang terpilih lagi, dan kelompok teroris memang sangat bergairah menegasi dominasi AS dalam percaturan politik dunia termasuk di Indonesia.
Jika menelisik ulang ulasan-ulasan yang ada dari pengamat intelijen, setidaknya terdapat 3 (tiga) analisis yang berujung pada kesimpulan yang sama bahwa yang tewas itu bukanlah Noordin M Top, tapi orang lain dalam jaringannya. Keraguan dan spekulasi menjadi menguat karena POLRI juga belum dapat memastikan identitas teroris yang tewas dalam operasi di Temanggung, dan kini direlokasi ke Jakarta untuk keperluan otopsi dan uji DNA ybs.
Pertama, A.M. Hendropriyono, mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN). Hendropriyono meragukan kebenaran tewasnya Noordin yang disergap berdasarkan modus operasi, yaitu waktu dan peralatan. Waktu operasi yang sampai 18 jam, dan peralatan operasi penyergapan yang dianggap tidak memadai. Kisah solo Noordin seorang diri juga menjadi hal yang diraguka, menurut Hendro, seorang Noordin Top tidak mungkin untuk jalan atau tinggal sendirian, tidak ada pengawalan, sehingga sukar dipercaya.
Kedua, Dynno Chressbon, Pengamat intelijen, yang juga mengaku mendapatkan foto yang menurutnya tidak mirip sama sekali dengan Noordin. Dynno menyatakan profil wajah yang tewas itu lebih mirip preman pasar daripada Noordin M Top. Dalam foto tersebu, tampak pria naas tersebut memiliki wajah lonjong dengan struktur rahang yang tegas. Tidak seperti wajah Noordin yang bulat, sebagaimana sketsa disebarkan pihak kepolisian.
Ketiga, yang paling menarik, Al Chaidar, Pengamat Teroris Negara Islam Indonesia (NII), yang berkeyakinan bahwa yang tewas tertembak itu bukanlah Noordin. Al Chaidar mengaku belum mendapatkan verifikasi dari jariangan teroris itu sendiri jika Noordin benar-benar telah tewas, dan juga melihat banyak kejanggalan yang terjadi dalam operasi itu. Menurut Chaidar, kejanggalan pertama terletak pada pemilihan lokasi tempat persembunyian Noordin. Locus itu merupakan lokasi yang sudah pernah disterilkan POLRI dan itu bukan menjadi kebiasaan Noordin untuk mendatanginya, dan justriu Noordin biasanya langsung memutus hubungan dengan lokasi tersebut. Kejanggalan kedua, menurut Chaidar, adalah soal keberadaan Noordin yang sendirian di dalam rumah tanpa disertai dengan pengawalan. Noordin biasanya mempunyai pengawal dalam radius 100 meter dan bahkan tidak mungkin melakukan kontak senjata dalam jarak yang sedekat itu, dan itu menjadi lahan para pengawal. Ketiga, yang merupakan kejanggalan yang paling parah menurut Al Chaidar adalah, sosok Noordin yang tidak memakai bom rompi, karena dalam situasi dan kondisi apapun, Noordin pasti menggunakan bom rompi, termasuk jika Noordin shalat dan makan. Oleh karena itu Chaidar menduga bahwa yang ditembak di Temanggung bukanlah Noordin, melainkan anak buahnya, yang termasuk dalam jaringan Noordin M. Top. Chaidar sendiri mengendus lokasi keberadaan Noordin justru tidak di Jawa Tengah tetapi di Jawa Timur. Al Chaidar justru menduga operasi terhadap Noordin ini merupakan operasi rekayasa (by design) dari POLRI.
Jika dugaan Al Chaidar ini benar, tentu saja akan menimbulkan spekulasi lebih lanjut, ada apa POLRI smpai nekad untuk melakukan rekayasa?? Apakah POLRI ingin konsisten dengan membuktikan dugaan kaitan bom Mega-Kuningan itu dengan SBY?? Indikasi ini juga dapat disimak dari ungkapan Kapolri, BHD. Dalam jumpa pers kemarin BHD mengungkapkan lokasi penggerebekan teroris di Jatiasih, Bekasi, jaraknya tidak jauh dari kediaman SBY. Kedekatan dengan rumah SBY itulah alasan teroris mengapa memilih mengontrak rumah di Jatiasih. BHD menegaskan bahwa ini Ini merupakan keterangan dan fakta yuridi, dan meminta agar informasi ini jangan terlalu dipelintir.
Wallahu’allam bisshawab, Sapri
Tags: Intelijen, Noordin M Top, polri, rekayasa, Teroris
Share on Twitter
Saturday, August 8, 2009
Intelijen: Bukan “Noordin M Top” yang tewas, itu rekayasa
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment